![Liburan Ramadhan 2025 tetap belajar](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5xgrJgsDVyQPfiDRqwwz5tlga4kIcavjIGNuXip332rXZXu2g8vDpj_Xwi2Zqt90or0oCS5Pr6PATma2eGvoFUGsdMPTJDF148AM0icdaIUPqmjRPt_d6P6bh2Koeah7dZU5Fvlh9i5jgA0UlXV5PGk_BxQMQ6qAlOCl91l5cDcPQRtul9A6qRe5e33wM/s1024-rw/liburan-ramadhan-2025.jpg)
Wacana libur sekolah sebulan penuh selama Ramadan 2025 menjadi perbincangan hangat. Sebagian masyarakat mendukung dan melihatnya sebagai kesempatan siswa untuk lebih fokus pada ibadah. Namun, banyak pula yang mempertanyakan dampaknya bagi orang tua dan keberlanjutan pembelajaran.
Menurut Wakil Menteri Agama, Romo H.R. Muhammad Syafi'i, rencana ini memang sempat dibahas, tetapi belum menjadi kebijakan resmi.
“Memang ada wacana, tapi kami belum membahasnya secara mendalam,”
Menteri Agama Nasaruddin Umar menambahkan bahwa kebijakan serupa sudah diterapkan di pondok pesantren.
“Di pondok pesantren, tradisi libur Ramadan ini sudah berjalan lama. Untuk sekolah umum dan madrasah, masih kami pertimbangkan,”
Pro dan Kontra di Tengah Masyarakat
Anggota Komisi X DPR RI, Habib Syarief Muhammad Alaydrus, menilai wacana ini positif jika dirancang dengan matang.
“Siswa bisa lebih fokus beribadah dan belajar agama. Namun, harus ada format jelas agar tidak membingungkan sekolah dan orang tua,”
Sebaliknya, Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) mengingatkan bahwa libur penuh selama Ramadan bisa berdampak negatif, seperti berkurangnya gaji guru di sekolah swasta dan kesulitan orang tua dalam mengatur kegiatan anak.
“Jika siswa hanya di rumah, mereka cenderung bosan dan lebih sering bermain gawai,”
Alternatif: Pembelajaran dengan Penyesuaian
Beberapa pihak mengusulkan alternatif, seperti mengurangi jam pelajaran atau mengganti aktivitas formal dengan kegiatan keagamaan, seperti pesantren kilat.
“Jam belajar bisa dipersingkat, misalnya dari 45 menit menjadi 30 menit, atau jadwal masuk sekolah lebih siang,”
Di tengah perubahan kebijakan, penting bagi sekolah untuk tetap menjaga komunikasi dengan orang tua dan siswa. Platform digital dengan desain yang profesional dapat membantu institusi menyampaikan informasi dan jadwal terbaru dengan lebih efektif. Menggunakan template blogger seperti Eduzaid Theme memungkinkan sekolah memiliki website yang responsif dan mudah dikelola seperti yang sedang anda baca, sehingga semua pihak tetap mendapatkan informasi yang relevan.
Sejarah Kebijakan Serupa
Kebijakan libur Ramadan pernah diterapkan pada era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di akhir 1990-an. Kala itu, sekolah dianjurkan mengadakan pesantren kilat untuk mengisi waktu siswa dengan kegiatan keagamaan. Namun, kebijakan tersebut diubah pada era Megawati Soekarnoputri menjadi hanya libur di awal Ramadan dan menjelang Idul Fitri.
Keputusan Menanti
Hingga kini, pemerintah belum memutuskan format libur Ramadan 2025. Menteri Agama menekankan bahwa kualitas ibadah dan pembelajaran siswa tetap menjadi prioritas utama.
“Libur atau tidak, yang terpenting adalah kualitas ibadah selama Ramadan,”
Sebagai masyarakat, apakah kita siap menyambut kebijakan ini? Bagaimana solusi terbaik agar siswa tetap mendapatkan manfaat maksimal dari Ramadan tanpa mengorbankan proses pendidikan?